Selasa, 02 November 2010

Keterangan Kotbah

Hatorangan tu Jamita Minggu, 07 November 2010
Ev. Ulangan 4:1-10 Ep. 2 Joh. 2:1-6 Pendahuluan

Kata “Ulangan” berasal dari istilah Deuteronomy (harfiah: pengulangan hukum). Kitab Ulangan, dalam pengertian tertentu, memang adalah sebuah “pengulangan hukum”. Nama Ibrani kitab ini adalah ‘elleh haddebarim (“Inilah perkataan-perkataan”) atau, lebih sederhana, debarim (“perkataan-perkataan; lih. 1:1).
Kitab Ulangan menempatkan Musa dan bangsa Israel di wilayah Moab, di daerah di mana Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya yang begitu emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan. Beberapa pokok yang penting dari buku ini ialah:
1. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada Allah.
2. Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang Israel beribadat kepada TUHAN saja. Lalu ia mengulangi beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
3. Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian Allah dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
4. Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat Allah. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan TUHAN, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa meninggal di Moab, di sebelah timur Sungai Yordan.

Tema pokok Kitab Ulangan ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya mereka tetap hidup dan terus diberkati. Ayat-ayat yang paling penting dalam buku ini ialah 6:4-6. Ayat-ayat ini memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar, "Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."

Tafsiran Teks

“Hai orang Israel, dengarlah!” Seruan ini merupakan sebuah panggilan yang dipakai untuk mengumpulkan umat Israel pada masa sidang, perang, dan ibadat hari raya. Panggilan tersebut merupakan tuntutan kepada umat untuk menekankan betapa pentingnya Hukum Tuhan yang akan disampaikan. Penekanan panggilan ini sangat kuat karena hukum yang akan disampaikan itu harus ditaati agar Israel memperoleh berkat dan kesejahteraan. Dan karena itu pula, tidak seorang pun bisa “mengurangi...menambah” Hukum yang telah disampaikan Tuhan. Maksud larangan ini adalah agar Israel sungguh-sungguh menghargai firman Tuhan yang disampaikan, jangan sampai ada bagian-bagiannya yang diabaikan atau ditonjolkan secara berat sebelah menurut selera manusia saja, melainkan hendaklah selera dan kehendak Tuhan di dalam firmanNya yang ditonjolkan. Dengan kata lain, bukan kita yang mengatur firman itu, tetapi biarlah firman Tuhan yang membentuk kepribadian kita menjadi pribadi-pribadi yang beriman kepadaNya.
Musa mengingatkan kembali bangsa itu akan peristiwa Baal-peor (Bilangan 25), sebagai contoh bahaya yang pasti menimpa bila bangsa itu berbalik dari Allah. Kemarahan Allah atas perbuatan menyimpang dari firmanNya memakan korban yang banyak dari bangsa itu, “dua puluh empat ribu orang banyaknya” (Bilangan 25:9). Musa mengingatkan kembali peristiwa tersebut kepada Israel agar menjadi pelajaran yang berharga dan supaya mereka tetap setia kepada Tuhan.
Musa juga memberikan nasehat-nasehat yang bersifat menguatkan bangsa Israel dengan membandingkan mereka dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih mendiami Tanah Kanaan. Israel diingatkan bahwa mereka berbeda dari bangsa-bangsa lain, dan hendaknya menjadi contoh kepada bangsa-bangsa tersebut. Hal ini didasarkan pada 2 hal:
a. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? (ayat 7). Bangsa-bangsa lain beranggapan bahwa dewa-dewa mereka harus dibujuk dengan persembahan-persembahan supaya melindungi mereka. Tetapi perlindungan itu pun ternyata tidak pasti. Berbeda dengan Israel yang mempunyai jaminan kasih setia Tuhan, karena bukan Israel yang memilih Dia, tetapi Dia lah yang telah memilih mereka. Dia lah yang telah berinisiatif menyatakan diriNya dan kasihNya.
b. Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini? (ayat 8). Peraturan-pertauran dalam kitab Ulangan diperkenalkan sebagai pemberian Tuhan. Dengan demikian tidak ada bangsa lain di dunia kuno yang mempunyai ketetapan hukum yang demikian adil seperti Taurat. Mereka bersandar kepada bimbingan dari allah-allah lain, sedangkan Israel bersandar pada bimbingan Allah yang sempurna.

Sekalipun umat Israel berbeda dari bangsa-bangsa lain, Musa tetap mengarahkan mereka untuk waspada karena keistimewaan bangsa itu bisa sirna jika tidak setia kepada Tuhan. Musa menganjurkan bangsa itu untuk waspada dan berhati-hati dan jangan melupakan hal-hal yang telah mereka lihat. Kata waspada dalam terjemahan harafiah berarti memelihara diri dan menjaga nyawa dengan sangat baik. Hal ini mau menunjukkan betapa pentingnya petunjuk-petunjuk Tuhan demi keselamatan umat. Bahkan petunjuk-petunjuk tersebut harus diwariskan kepada generasi ke generasi supaya jangan hilang dari ingatan seumur hidup dan memberitahukan itu kepada anak-anak. Takut akan Tuhan, harus ditanamkan dan diajarkan pada generasi berikutnya. Takut yang sejati akan Tuhan menyebabkan orang percaya menaruh iman dan kepercayaan untuk beroleh selamat hanya kepada-Nya. Misalnya, setelah bangsa Israel menyeberang Laut Merah atas tanah kering dan menyaksikan pembinasaan besar yang diderita bala tentara Mesir, maka "takutlah bangsa itu kepada Tuhan dan mereka percaya kepada Tuhan" (Kel. 14:31). Demikian pula, pemazmur meminta orang yang takut akan Tuhan untuk "percaya kepada Tuhan -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka" (Mazm. 115:11). Dengan kata lain, takut akan Tuhan menghasilkan di dalam umat Allah pengharapan dan kepercayaan yang kokoh kepada-Nya. Oleh karena itu, jangan heran bahwa umat semacam itu selamat (Mazm. 85:10) dan menerima kasih dan kemurahan-Nya yang mengampuni (Luk 1:50; bd. Mazm. 103:11; 130:4).


Pokok-pokok Kotbah
1. Kehidupan kita setiap hari memasuki situasi yang berbeda. Situasi yang kita hadapi hari yang lalu, minggu lalu, bulan lalu, dan tahun yang lalu berbeda situasinya dengan situasi sekarang. Kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, telah membawa kita kepada situasi sulit untuk memilih mana yang baik mana yang tidak baik. Firman Tuhan yang disampaikan Musa kepada bangsa Israel pada ribuan tahun yang lalu tetap sesuai dengan saat ini, dimana Tuhan mau katakan:”Maka sekarang hai umatKu, dengarkanlah!” Mendengarkan firman Tuhan dan menjadikannya sebagai pedoman hidup akan membawa kita pada perjalanan hidup yang teratur karena Tuhan sendiri yang menuntun dan mengarahkan. Perjalanan yang teratur itu akan mendatangkan berkat dan sejahtera bagi yang setia kepada Tuhan.
2. Dalam perjalanan hidup kita hingga saat ini, terdapat banyak peristiwa yang dapat dijadikan pelajaran. Tentu kita belajar dari peristiwa-peristiwa yang manis maupun pahit. Terutama peristiwa yang pahit, yang pernah membuat kita merasakan sakit/penderitaan karena perbuatan kita sendiri, tentu tidak akan kita ulangi lagi. Dengan tidak mengulangi lagi peristiwa yang pahit/salah tersebut, kita menjaga diri kita untuk tetap hidup dalam pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan. lewat pengabdian dan ketaatan itulah kita tetap menerima kasih Tuhan dalam hidup kita.
3. Pangabdian dan ketaatan kepada Tuhan akan membuahkan berkat. Hal ini harus dirasakan oleh umat Tuhan secara turun-temurun, tidak hanya oleh 1 atau 2 generasi. Karena itu, peranan orang tua sebagai pendidik untuk mendidik anak-anaknya di rumah dalam pendidikan iman Kristiani, sangat diharapkan dapat berfungsi dengan baik. Rumah tangga atau keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dalam gereja. Orang tua yang telah mengenal Tuhan kita dan menerima pengajaran tentang segala perbuatanNya, diharapkan dapat meneruskan hal tersebut kepada ana-anaknya. Anak-anak yang mewarisi anugerah keselamatan itu akan mengenal sumber anugerah tersebut, yaitu Yesus Kristus, dan akhirnya akan taat kepada petunjuk-petunjukNya.
4. Allah sudah berjanji untuk memberikan berkat melimpah kepada semua orang yang takut akan Dia. "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan" (Ams 22:4). Berkat lain yang dijanjikan ialah perlindungan dari kematian (Ams 14:26-27), kebutuhan sehari-hari (Mazm. 34:10; 111:5), dan hidup yang panjang (Ams 10:27). Mereka yang takut akan Tuhan tahu bahwa orang yang takut akan Allah "akan beroleh kebahagiaan" apa pun yang terjadi di sekitar mereka (Pengkh. 8:12-13).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar