Kamis, 12 Agustus 2010

Menulislah Sekarang!

Menulislah Sekarang!

Menulis itu sulit!
Terkadang untuk menuliskan satu kata atau satu kalimat pun untuk memulai tulisan banyak orang mengalami kesulitan dan akhirnya tidak jadi menulis. Ada juga yang bingung soal ide, tidak tahu harus menulis tentang apa, juga akhirnya berhenti menulis. Atau ada juga yang merasa tidak berbakat menulis, seolah-olah menulis itu adalah sebuah anugerah yang tidak dapat dilatih, sesuatu yang turun dari langit dan diberikan hanya kepada orang-orang tertentu.
Kendala-kendala seperti inilah yang membuat banyak orang tidak mau menulis, padahal punya potensi untuk menulis. Mereka lebih memilih untuk berkomunikasi lewat bahasa verbal saja dan menghindarkan diri dari kerepotan menulis. Padahal di tengah dunia yang semakin mengglobal ini, lewat tulisan, seseorang bisa melakukan banyak hal. Diantaranya: untuk mentransformasi isi pikiran dalam bentuk tulisan, supaya informasi yang diterima bisa didengar oleh orang banyak, dan mengingatkan suatu peristiwa yang dialami. Selain itu, dengan menulis kita mempunyai wadah untuk aktualisasi diri, mempromosikan diri (personal branding), mendokumentasikan pengetahuan dan pengalaman, dan juga berbagi pengetahuan dan pengalaman (termasuk curhat )
Terlebih lagi di gereja, dalam pekerjaan Pekabaran Injil yang dilakukannya lewat media yang dimiliki (buletin, tabloid, majalah, dll.), menulis dan menghasilkan sebuah tulisan menjadi bagian penting “untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Tim. 3:16). Gereja perlu membangun kultur menulis dikalangan umat. Secara khusus lewat para pelayanNya (pendeta, penatua, bibelvrouw, diakones, evangelis, dll.), diharapkan gereja mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk menulis. Tulisan-tulisan itu di tulis untuk menjawab beragam pertanyaan yang muncul dari kaum awam soal imannya kepada Tuhan.
Hal inilah yang mendorong STT HKBP Nomensen – Pematang Siantar, bekerjasama dengan Lutheran Church of Australia (LCA), menyelenggarakan sebuah Lokakarya (workshop) Penulisan Jurnal Teologi bagi pemula pada tanggal 07 – 10 April 2010, di Sopo Toba Hotel – Samosir. Diharapkan melalui lokakarya penulisan ini akan lahir penulis-penulis baru yang, minimal, menjadi penulis-penulis handal di gereja masing-masing. Lewat media-media yang ada di masing-masing gereja, semacam Bina Warga (HKI), akan dihasilkan tulisan-tulisan yang semakin baik. Gereja-gereja yang tergabung dalam Sekretariat Bersama (sekber) UEM diundang untuk mengirimkan 3 (tiga) orang utusannya, baik pendeta maupun warga jemaat, yang mempunyai minat dan potensi untuk menulis.

Menulis itu tidak sulit!
Pembicara utama dalam lokakarya ini, Hasudungan Sirait dari Yakoma PGI, sejak awal telah memotivasi para peserta untuk mulai menulis dengan mengatakan:
“Menulis itu adalah sebuah keterampilan, sama sepeti kita belajar naik sepeda, menyetir, memanjat pohon, main bola, berenang. Intinya adalah berlatih. Tidak perlu menunggu mood yang baik untuk menulis. Manulis bisa kapan saja dan dimana saja, serta idenya bisa tentang apa saja.”

Jadi menulis itu tidak sulit. Yang diperlukan adalah latihan yang terus menerus dan harus dimulai sekarang juga, jangan ditunda! Karena itu, di hari kedua loka karya, para peserta langsung diperkenalkan dan diajarkan beberapa tehnik penulisan, yaitu tehnik deskripsi, tehnik adegan, dan tehnik narasi. Para peserta dilatih untuk dapat menggunakan ketiga tehnik ini dalam tulisannya. Tak lupa juga beberapa contoh tulisan ditunjukkan sebagai bahan evaluasi bagi para peserta.
Ada juga pembicara lain di hari ke-2, Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing (Ketua STT HKBP Nomensen), ysng memberikan ceramah tentang penulisan gaya naratif. Gaya penulisan narasi biasa ditemukan dalam biografi. Penulisan sebuah biografi seorang tokoh adalah dalam rangka menemukan teologi figuratif, sekaligus sebagai upaya untuk merelevansikan dan mengaktualisasikan pemahaman dan penghayatan teologi, tugas, panggilan dan pelayanan gereja ke dalam konteks kehidupan masa kini.

Tidak hanya berhenti pada teori, pada hari ke-3 pelatihan kegiatan di isi dengan praktek penulisan leewat pengamatan langsung ke beberapa lokasi yang telah di pilih. Ada 4 lokasi yang dipilih, yakni: pasar souvenir Tomok, objek wisata Tomok, Museum Huta Bolon Simanindo, dan desa Simanindo. Secara berkelompok, para peserta ditugaskan untuk membuat tulisan dari hasil pengamatan tersebut. Hasil tulisan dari kelompok tersebut kemudian dipresentasikan di hari terakhir loka karya.